Studium Generale: Pesimisme Cenderung Merusak
Bantul (KR)- Paradigma positif mampu menumbuhkan rasa aman, nyaman, ramah dalam lingkungan dan ilmu apa saja, termasuk pendidikan. Paradigma positif memang menjadi tren di tengah situasi pesimisme cenderung merusak psikologis, pola pikir dan pola tindak.
Demikian ditegaskan Prof Intan Hashima, Ph.D. dan Prof. Dr. Norzarina, keduanya dari Universiti Sains Malaysia dalam Studium Generale bertema Positive Paradigm and Its Contribution for Strengthening The World Civilation di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan Ringroad Selatan, Tamanan Bantul, Sabtu (31/10/2015). Kegiatan diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Magister Psikologi Sains dan Psikologi Profesi UAD dibuka oleh Direktur Pascasarjana Prof. Dr. Achmad Mursyidi, M.Sc., Apt., pengantar oleh Drs. Mujidin, M.Si. (Ketua Panitia).
Menurut Prof Intan dan Prof Noor, paradigma positif dapat diterapkan pada semua ilmu dengan rasa senang, aman dan nyaman.
Prof Intan juga mendorong pengembangan nilai-nilai lokal dan spiritual serta religius. Nilai lokal dicontohkan mangan ora mangan asal kumpul. Kalau disiplin ilmuu farmasi, bagaimana mengembangkan jamu. Salah satu fokus paradigma positif ada pertanyaan, untuk apa kerja? Paradigma positif harus dikembangkan berbeda dengan yang dikembangkan oleh western culture.
Sedangkan Mujidin, M.Si. mengatakan, paradigma positif memang penting untuk dikembangkan, termasuk melakukan eksplorasi kepada siswa. “Pendidikan di Indonesia masih kurang eksploratig,” ucapnya. (Jay)
Sumber: Kedaulatan Rakyat, Senin, 2 November 2015, halaman 10, Pendidikan.
Source: Pascasarjana